Tantangan dan Indahnya Ramadan di Luar Negeri

Setiap muslim di dunia menyambut Ramadan dengan segala suka cita dan penuh harap—dapat mengisi Ramadan dengan ibadah terbaik dan memperoleh berkah dari Allah Swt. Demikian juga dengan masyarakat muslim di luar negeri. Bagi muslim yang tinggal di negara muslim mayoritas, pastinya Ramadan semarak dengan berbagai kegiatan yang dapat diikuti warganya. 

Namun, bagaimana dengan warga muslim Indonesia yang tinggal di negara Islam minoritas? Pastinya mereka punya tantangan tersendiri terkait dengan lingkungan dan masyarakat sekitar. Hal yang sama juga terjadi pada masyarakat Indonesia di luar negeri.

Menikmati Ramadan dari Rumah

Sebagai diaspora yang sempat tinggal di beberapa negara, aku punya pengalaman menikmati Ramadan dengan berbagai cara. Semuanya dimulai dari rumah. Salah satunya, menyiapkan hiasan menyambut Ramadan. Anak-anak biasanya dilibatkan untuk membuat aneka hiasan, seperti tulisan Marhaban Ramadan, Ramadan Mubarak, menggambar masjid dan gambar pendukung lainnya. Hiasan lalu ditempel di dinding dan dilengkapi dengan lampu hias warna warni sehingga menarik.

Berbuka puasa bersama keluarga di rumah
Ilustrasi: Freepik

Aku juga membantu anak untuk melaksanakan ibadah puasa. Dia latihan berpuasa mulai dari puasa setengah hari. Tantangannya adalah saat harus bangun lebih pagi untuk sahur. Walaupun makan sambil mengantuk, dia tetap semangat sahur agar kuat puasa. Setelah buka siang hari, dia masih suka lanjut puasa lagi. Aku tidak ingin memaksakan dia harus kuat puasa penuh hingga sore karena puasa di Amerika cukup lama dibandingkan dengan jam puasa di Indonesia.

Tantangan: Durasi hingga Dispensasi

Lamanya waktu berpuasa di luar negeri juga menjadi salah satu tantangan yang harus kami hadapi. Tahun ini alhamdulillah tidak terlalu lama karena bulan Ramadan jatuh pada musim semi/spring dengan lama puasa sekitar 13-14 jam. Beberapa tahun sebelumnya saat Ramadan jatuh di musim panas/summer, kami harus puasa lebih lama dengan kisaran antara 15-21 jam terutama yang tinggal di belahan Utara Bumi. Hal ini karena beberapa tempat di Bumi menerima sinar matahari lebih banyak atau mengalami siang hari lebih lama dibandingkan wilayah lainnya.

Jika di Indonesia dan negara muslim lainnya masjid akan ramai dan kumandang azan terdengar di seluruh penjuru negeri, di negara nonmuslim/muslim minoritas azan menjadi hal yang sangat dirindukan. Azan hanya dapat didengar saat berada di dalam masjid dan area dekat masjid. Umumnya azan tidak dikumandangkan secara kencang menggunakan pengeras suara yang terpancar luas/jauh.

Di negara minoritas muslim, suara azan hanya terdengar di dalam masjid dan lingkungan sekitarnya
Ilustrasi: Freepik

Meskipun bukan negara muslim, banyak negara memberikan kebebasan kepada penduduknya untuk beribadah. Namun, semuanya juga tergantung apa yang berlaku di masyarakat sekitar. Secara umum kita bebas berpuasa dan orang yang paham akan menghargai dan toleran, tetapi kita tetap harus melaksanakan kewajiban yang ada seperti saat di sekolah dan kantor. Tidak semua tempat akan memberikan dispensasi atau negosiasi terkait kesulitan yang kita hadapi saat mengikuti aturan/ketentuan yang berlaku selama kita berpuasa.

Semarak Ramadan di Dua Negara

Di Indonesia, beragam kegiatan selama Ramadan menjadi daya tarik tersendiri. Sebut saja, pasar yang menjual berbagai makanan takjil/menu buka puasa, tadarus Al-Qur’an, dan salat tarawih berjamaah. Sementara di luar negeri, kami belum tentu bisa menikmati hal-hal tersebut.

Saat tinggal di Kuwait, aku masih bisa menikmati ragam kegiatan Ramadan. Mereka juga mempunyai kuliner khas Ramadan dan kami berbaur dengan masyarakat sekitar menikmatinya. Menyenangkan rasanya bisa menikmati sajian lokal yang berbeda dengan menu nusantara. 

Selain itu, biasanya komunitas orang Indonesia di sana juga berkumpul dan mengadakan kegiatan bersama. Hal ini bisa mengurangi rasa kangen kampung halaman (Indonesia) karena mereka akan menyajikan berbagai kuliner khas Indonesia.

Kuliner Indonesia adalah satu yang dirindukan para diaspora
Ilustrasi: Freepik

Di tempat aku tinggal saat ini, hanya ada beberapa orang Indonesia. Kami biasanya berkumpul sebelum Ramadan atau setelah Idulfitri untuk kegiatan halalbihalal. Adapun untuk kegiatan selama Ramadan, kami bergabung dengan komunitas muslim setempat.

Masjid di sini mengadakan acara buka bersama setiap hari. Untuk hari biasa (weekdays) masjid menyediakan menu ringan untuk berbuka puasa, seperti kurma dan minuman. Sementara pada hari Sabtu dan Minggu, masjid menyediakan menu buka puasa dengan makan malam. 

Dana untuk kebutuhan menu buka puasa tersebut adalah hasil donasi dari jamaah masjid. Mereka bisa memberikan sedekah dengan ketentuan yang sudah ditetapkan masjid. Salat tarawih juga dilakukan di masjid, tetapi aku belum pernah berkesempatan hadir karena tarawih dimulai sudah cukup larut (sekitar pukul 21.00 waktu setempat) dan jauh dari rumah.

Penutup

Demikianlah kisah Ramadan yang aku jalani di luar negeri. Bagiku, di mana saja berada kita tetap bisa melaksanakan ibadah dengan baik. Semua tergantung kita bagaimana mengisinya. Berkumpul dengan saudara sesama muslim dari berbagai belahan bumi memperkaya rasa syukur dan belajar menghargai.



Penulis: Rohmah Rahmawati (IP Efrimenia)

1 comments

  1. pengalaman puasa ramadhan di luar negara perbedaannya sangat terlihat. semoga di mudahkan ya mb
    semangat 🥰🌿🌸

    ReplyDelete