21 Senarai Inspirasi Seharum Tapak Raden Ajeng Kartini

Jika pada akhirnya Raden Ajeng Kartini menjatuhkan pilihan untuk menjadi Raden Ayu atau menikah, sepertinya bukan sebuah keputusan yang salah terhadap cita-citanya. Keputusan terjal bukanlah berarti sebuah kehidupan yang tidak baik, sebab kisah hidup R.A. Kartini menjadi pondasi jalan besar bagi para perempuan Indonesia, bahwa menjadi istri dan ibu adalah pengukir sejarah terindah.

Raden Ajeng Kartini
Sumber foto R.A. Kartini oleh Wikipedia, latar foto dok. penulis @penaviana

Memang ada banyak sekali penilaian terhadap R.A. Kartini. Pandangan jamak adalah beliau sebagai pencetus emansipasi perempuan (Bumiputera) Indonesia, yang bahkan Presiden Soekarno pun menganugerahkan gelar kepahlawanan dan menjadikan hari lahirnya sebagai hari Kartini. 

Dari laman RRI, Hari Kartini pada setiap tanggal 21 April adalah berdasarkan pada Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 108 tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964. Dalam Kepres tersebut Presiden Soekarno menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional dan tanggal 21 April yang merupakan hari lahir R.A. Kartini sebagai Hari Kartini.

Namun, tak sedikit juga yang menilai bahwa R.A. Kartini dianggap menyerah dalam memperjuangkan impian terbesarnya yaitu kesetaraan hak para perempuan terhadap laki-laki terutama dalam hal kesamaan kesempatan dalam pendidikan tinggi dan menikah dengan laki-laki yang belum beristri. Sebab kenyataannya R.A. Kartini menikah juga dengan seorang Bupati Rembang, Raden Adipati Djojoadiningrat yang telah memiliki istri.

Mungkin terdengar tidak happy ending kisah hidup R.A Kartini, tetapi ternyata beliau mengajukan syarat lho saat mendapatkan pinangan di usianya yang waktu itu dianggap masyarakat sudah tak lagi muda, yaitu 24 tahun. Beliau mengajukan syarat agar bisa terus melanjutkan cita-citanya untuk mendirikan sekolah perempuan dan juga dalam pernikahannya tidak ingin ada prosesi menyembah dan laku ndodok seperti tradisi Jawa pada umumnya kala itu. Siapa menyangka ternyata Sang Bupati menyetujuinya dan mendukung cita-cita R.A. Kartini, lo!


Foto: dok. penulis @penaviana

R.A. Kartini, Sang Arunika

Kalau membaca buku-buku tentang R.A. Kartini bahkan beberapa film yang mengisahkan kehidupan beliau, seolah memang garis takdir itu memang memilih orang-orang yang memang mampu menjadi inspirasi ya? Bayangkan ada berapa banyak pahlawan perempuan yang ikut berjuang bahkan mengangkat senjata untuk berperang dalam periode perjuangan kemerdekaan RI? Namun, dengan kelembutannya, R.A. Kartini mampu menembus pemikiran-pemikiran yang membelenggu perempuan Indonesia justru karena beliau menjalani takdirnya, yang salah satunya adalah menjalani pingitan.

Jiwa boleh terpasung, tetapi pikiran harus tetap terbang sebebas-bebasnya (Film Kartini)

Meskipun kita bukanlah R.A. Kartini, bukan pula salah satu perempuan yang hidup dan lahir di zaman perjuangan kemerdekaan Indonesia, tetapi masih bisa lho menjadi inspirasi untuk sesama perempuan di dalam negeri atau pun ke manca negara. 

Tak perlu merisaukan pendapat dan pandangan orang lain atas diri kita, selama yang kita lakukan tidak melenceng dari keyakinan dan ajaran kebaikan. Tak pernah akan ada orang lain yang benar-benar paham kondisi yang sedang kita alami, dan tak kan pernah ada siapa pun yang benar-benar tahu riuhnya pertarungan hati kita.

120 tahun sejak kepergian R.A. Kartini dengan peninggalan berharga untuk semua perempuan Indonesia, akan selalu ada yang bisa kita lakukan untuk menjadi sosok seharum R.A. Kartini. Bukan saja dengan hanya mengenakan "kebaya Kartini" yaitu model busana kebaya yang dipakai oleh R.A. Kartini seperti yang familiar kita lihat di buku-buku dan bahkan foto berbingkai dari sejak kita sekolah, tetapi juga dengan mematangkan isi pikiran kita melalui pemikiran yang baik dan visioner, berbagi dan menginspirasi untuk perempuan Indonesia.

Dan biarpun saya tiada beruntung sampai ke ujung jalan itu, meskipun patah di tengah jalan, saya akan mati dengan rasa bahagia, karena jalannya sudah terbuka dan saya ada turut membantu mengadakan jalan yang menuju ke tempat perempuan Bumiputra merdeka dan berdiri sendiri. (R.A. Kartini)

Disclaimer: Tulisan ini adalah opini penulis, tidak mewakili pendapat keseluruhan dari Koran Kampung atau Kampung Komunitas.

Nah, berikut adalah beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk menjadi Kartini-Kartini masa kini yang mengepak walau raga kita terserak dan mungkin terdesak dengan berbagai kondisi penuh babak. Terbagi menjadi 3 sub senarai yaitu bahagia menjadi diri sendiri, mencintai keluarga, dan berbagi untuk negeri. Semoga ada yang bisa dipetik yaa,


Foto: dok. penulis @penaviana

Bahagia menjadi diri sendiri

1. Membaca

Jika ada yang membuat R.A. Kartini berbinar adalah saat membaca segala tulisan yang terbit di harian Belanda dan juga buku-buku Belanda.

Sayangnya kedudukannya sebagai anak Bupati Jepara tidak menjadikannya mudah untuk mendapatkan bacaan, apalagi sebagai anak perempuan yang dipingit. Namun, ada jendela-jendela yang mendukung keinginannya untuk terus membaca.

Dengan bantuan Nyonya Ovink-Soer yang meminta Ayah R.A. Kartini untuk berlangganan majalah De Hollandsche Lelie untuk R.A. Kartini dan adik-adiknya. Kakaknya yang bersekolah di Belanda, Drs. Raden Mas Panji Sosrokartono atau Raden Mas Kartono juga mengirimkan banyak buku berbahasa Belanda untuk adik-adiknya.

Kecerdasan R.A. Kartini membuatnya banyak belajar tentang emansipasi di Negeri Belanda dan mengikat gagasan kesetaraan perempuan untuk para perempuan di negerinya sendiri. Semua bisa terjadi salah satunya karena akrab dengan membaca untuk menjadi jendela ilmu. Yuk, kita tiru nih untuk membaca sebanyak-banyaknya buku baik cetak maupun digital!

2. Menulis

Sejak usia 10 tahun tulisan R.A. Kartini telah mendapatkan apresiasi dari pengajar di sekolah Belanda. Hingga kemudian R.A. Kartini mengajak kedua adik perempuannya untuk ikut belajar dan berpikiran maju. R.A. Kartini menuangkan segala gagasannya melalui tulisan di media dengan bahasa Belanda menggunakan nama pena "Het Klaverblad" yang artinya daun semanggi. Julukan Het Klaverblad berasal dari Nyonya Ovink-Soer untuk R.A. Kartini dan kedua adiknya, Raden Ajeng Kardinah dan Raden Ajeng Roekmini. R.A. Kartini juga menulis surat yang akhirnya dibukukan dan menjadi inspirasi kita semua. (lanjut di bagian terakhir tulisan ini)

Jadi menulis yuk, bisa mulai dari membuat jurnal, mengisi diary, atau membukukan segala rasa yang dituliskan!




3. Bersekolah

Seperti teko yang selalu siap menerima air, R.A. Kartini juga selalu bersemangat dengan sekolah. Beliau bahkan mengajukan beasiswa belajar ke Belanda dengan motivasi dari Kakaknya Raden Mas Kartono serta izin dari Ayahnya, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat. Kalau melihat film Kartini, bagian ini bikin terharu saat Ayah R.A. Kartini merestui pengajuan beasiswanya. 

Namun, keinginannya itu akhirnya tidak pernah dijalani karena R.A. Kartini menikah sedangkan beasiswa datang beberapa hari setelah beliau menjadi Raden Ayu. Beasiswa itu kemudian diberikan kepada H.Agus Salim dari Padang, seorang pemuda yang berpikiran cemerlang.

Bersekolah tak mengenal bilangan angka. Selalu ada medan belajar bagi yang mengejar ilmu. Semangaatt!

4. Membatik

Meskipun tidak banyak referensi yang menyebutkan hal ini, namun di museum Kartini ada foto yang menunjukkan beliau membatik, bahkan di Museum Belanda terdapat kisah bahwa R.A. Kartini pernah membuat motif batik dengan bunga kecil-kecil dan kupu-kupu yang menjadi salah satu kerajinan Hindia Belanda yang dipamerkan di Belanda di stand Java.

Tidak harus persis dengan membatik sih, bisa juga dengan berkreasi dengan seni asal bisa membuat kita bahagia melakukannya.

Foto: Museum Kartini


5. Merawat raga

Kalau di film Kartini kita bisa sempat melihat bagaimana perawatan badan untuk putri bangsawan. Selain itu dandanan dengan menggelung seluruh rambutnya ke belakang membentuk sanggul tanpa membiarkan helai rambut terjuntai ke depan ditambah dengan busana kebaya meskipun tampak sederhana, tapi menunjukkan kecantikan yang tak biasa karena kecerdasan pemikiran beliau ikut menghiasi aura wajahnya.

Perawatan badan bukan hanya untuk kecantikan, tetapi selama membaca kisah beliau, jarang menemukan tentang beliau sakit tertentu, yang berarti beliau pun menjaga kesehatannya. Merutinkan perawatan diri bisa menjadi salah satu bentuk syukur dan juga self healing agar pikiran segar dan badan bugar.

6. Mengikuti kajian keagamaan

Dalam beberapa referensi memang disebutkan bahwa R.A. Kartini sempat diceritakan bahwa beliau dan keluarga mengikuti kajian keluarga oleh K.H. Sholeh Darat yang didatangkan ke rumah. R.A. Kartini terpesona dengan arti Quran Surat Al Fatihah dan bahkan memberikan dukungan kepada K.H. Sholeh untuk menyelesaikan terjemahan Quran dalam bahasa Jawa. Kabarnya ketika pernikahan, K.H Sholeh menghadiahkan terjemahan Quran untuk R.A. Kartini.

Qur'an terjemahan dalam bahasa Jawa
Foto: Museum Kartini

Mencintai keyakinan dan membumikan ajaran kebaikan bisa menguatkan hati dan pikiran. Betapa banyak perjuangan yang harus dilalui R.A. Kartini, tetapi dukungan tokoh agama dari K.H. Sholeh bahwa membaca atau menuntut ilmu adalah hak bagi laki-laki dan perempuan tanpa kecuali, hadir bagaikan embun yang menyejukkan perjuangannya.

7. Berani dan pantang menyerah

Ini kita pasti paham banget dengan kata pingitan dengan segala hal yang membatasi. Tak bisa lagi bersekolah, bermain di luar rumah, tetapi beruntung R.A. Kartini memiliki adik-adik perempuan yang menjadi teman main dan teman belajarnya. Namun, ternyata keinginannya untuk membuka jendela kemerdekaan perempuan bisa terfasilitasi dengan mendirikan sekolah perempuan, Bupati Jepara pun bisa melonggarkan pingitannya juga.

Maka kita juga bisa meniru langkah beliau untuk terus maju memperjuangkan cita-cita dan harapan. Jika ada aral di jalan terjal, bukan berarti tak bisa ditundukkan, tetapi Allah ingin agar kita berusaha berjuang meski napas tersengal.

Tahukah engkau semboyanku? "Aku mau!" Dua patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung dan membawa aku melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata Aku tiada dapat! Melenyapkan rasa berani. Kalimat "Aku mau!" membuat kita mudah mencapai puncak gunung. (R.A. Kartini)

8. Percaya diri

Keinginan untuk terus belajar ditambah dengan kecerdasannya menjadikan R.A. Kartini adalah sosok yang percaya diri saat berkomunikasi dengan Belanda atau pun ketika menyampaikan gagasannya kepada rakyat atau pun ke keluarganya.

Dengan ilmu dan luasnya wawasan akan meningkatkan dan menumbuhkan rasa percaya diri. Menganggap semua sama di hadapan Allah yang akan menguatkan hati kita.

9. Tenang dalam mengambil keputusan

Meskipun sebagai seorang gadis, R.A. Kartini tetap menunjukkan nyali besar untuk menentang tradisi yang membatasi, tetapi beliau tidak pernah berlaku grusa-grusu dalam bertindak dan membuat keputusan.

10. Bertutur halus meskipun untuk menunjukkan ketidaksukaan atau ketidaksetujuan

Keadilan hak yang diterima kaum perempuan adalah sumber perjuangan R.A. Kartini, meskipun demikian beliau masih tetap menghormati dan bicara dengan bahasa yang baik dan halus kepada orang tuanya.

Pe-er banget ini buat kita terutama di masa kini ketika bahasa menjadi kurang berwibawa untuk diucapkan dan kurangnya penghormatan kepada orang yang lebih tua.


R.A. Kartini bersama keluarganya
Foto: Museum Kartini


Mencintai keluarga

11. Menyayangi orang tua

Kalau dari film Kartini, penggambaran Romo atau Ayah dari R.A. Kartini ditunjukkan banyak mendukung dan sayang pada anak perempuannya, terutama R.A. Kartini. Kondisi keluarga dengan ibu kandung berasal dari golongan bangsawan biasa, membuat kehidupan R.A. Kartini menjadi pelik karena harus memiliki ibu sambung yang berasal dari keturunan raja. Walaupun demikian R.A. Kartini tetap menghormati ibu sambungnya meskipun ada banyak kesedihan di hatinya.

12. Menghormati keluarganya

Keluarga adalah circle pertama yang tahu dan mengenal kita apa adanya, mungkin tak selalu sejalan dengan satu pikiran, tapi setidaknya kita berusaha menjadi penyejuk dalam keluarga.

Bahkan termasuk kakak yang sudah menikah lebih dulu (kakak sambung) ikut mendukung R.A. Kartini. Hal ini terjadi ketika R.A. Kartini dicemooh dalam rapat keluarga saat mengajukan syarat ketika akan menjawab lamaran Bupati Rembang. Apalagi kedekatan R.A. Kartini dengan kedua adik kandungnya yang hingga R.A. Kartini wafat, adik-adiknya ternyata masih meneruskan perjuangan dan idealisme mereka yang dibangun sejak dalam pingitan sesuai dengan kondisi mereka setelah menikah.

13. Peka

Ikut sedih dan tak hanya berpangku tangan saat saudarinya, R.A. Kardinah hendak menikah meskipun saat itu ketiga bersaudari tersebut merasa terpojokkan dengan kondisi. R.A. Kartini menguatkan adik-adiknya. Kepekaan timbul karena jeli mengamati dan membuka mata hati. Rasa kepekaan yang tinggi akan menumbuhkan kepedulian yang tinggi pula.

14. Peduli

Kecintaan Romo pada R.A. Kartini dan putri-putrinya membuat beliau sempat sakit karena dianggap mengubah tradisi dan menjadi pertikaian antar pemimpin daerah kala itu. Bagaimana pun R.A. Kartini tidak pernah memikirkan dirinya sendiri, beliau mengajukan beasiswa pendidikan menunggu ayahnya sembuh. Hal ini juga bijak banget untuk ditiru ya, karena sikap peduli menjadikan kita ringan tangan dan tidak hanya memikirkan kepentingan dan kebahagiaan sendiri.

15. Sayang anak-anak

Berinteraksi dengan anak-anak akan membuat jiwa dan pikiran kita ikut bermain dan melapangkan hati. R.A. Kartini memberikan kepedulian pada anak-anak saat ada mereka yang memberikan buah tangan usai berkunjung ke desa kerajian ukir. Bahkan R.A. Kartini juga mengajar anak-anak perempuan miskin untuk belajar membaca menulis, sayangnya beliau wafat empat hari setelah melahirkan putra pertama.


Berbagi untuk negeri

16. Rendah hati

Tidak ingin disanjung dan dihormati secara berlebihan. R.A. Kartini bersosialisasi dengan semua orang baik itu bangsawan Belanda atau rakyat biasa, dan juga sering bermain dengan abdi dalem di rumahnya.

17. Berkorespondensi atau memiliki sahabat pena

Memiliki sahabat pena di negeri kincir angin membuat R.A. Kartini seolah terbang dengan cita-citanya. Adanya sahabat juga membuat kita bisa curhat dan berdiskusi untuk menguatkan keteguhan kita akan suatu hal.

Surat-surat R.A. Kartini menjadi sebuah buku dengan judul pertama dalam bahasa Belanda "Door Duisternis Tot Licht" diterbitkan tahun 1911, dan terbit dalam bahasa Indonesia tahun 1922 berjudul "Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran", lalu tahun 1938 diterbitkan kembali dan diterjemahkan oleh Armijn Pane. Sangat menginspirasi, nih! Yuuk, kita berkorespondensi!

Buku Habis Gelap Terbitlah Terang
Foto: Museum Kartini

18. Kreatif dan optimis

Tak disangka ternyata sebuah ide dan karya batik R.A. Kardinah bisa mengantarkan R.A. Kartini dan kedua adiknya menjadi perintis industri Jepara. Bahkan duta batik pertama yang banyak disebutkan di media adalah R.A. Kartini. Sampai sekarang Jepara juga masih dikenal dengan industri kerajinannya.

19. Berbagi ilmu

Di pendopo rumahnya, anak-anak dan perempuan dikumpulkan untuk diajari membaca, menulis serta ada yang menyebutkan diajari pengetahuan keputrian. Meskipun saat itu yang digunakan adalah papan tulis kecil dan kapur yang dibagikan untuk menjadi media belajar.

Kita pun juga bisa membuat sekolah atau minimal membagikan pengetahuan dan pengalaman kita pada orang lain.

20. Rela berkorban

Beberapa hari setelah R.A. menikah ternyata pengajuan beasiswa beliau diterima, namun karena sudah menjadi Raden Ayu, beliau memberikan beasiswa untuk menjadi kesempatan belajar bagi H. Agus Salim dari Padang.

21. Pandai bernegoisasi dan cerdik

Keadaan tidak selalu sesuai dengan harapan. Ada kalanya kita harus mengatur strategi untuk bisa terus melangkah. Melihat dari sudut pandang lain bisa menjadi salah satu kunci di saat memerlukan negoisasi atas pembatasan kondisi. Kadang tidak perlu emosi lebih dulu untuk bisa menemukan solusi.


Akhirnyaa 21 senarai inspirasi tertulis di sini. Kira-kira nih dari poin-poin di atas tadi mana yang sudah sering dilakukan? Atau mungkin belum pernah dilakukan tapi surprise banget ingin dilakukan? 

Kalau dari penulis berharap semoga ada manfaatnya yaa, setiap orang adalah guru bagi kita, sebesar atau sekecil apa pun kontribusinya pada diri kita. Jadi, yuuk jangan pernah meremehkan kebaikan sekeciiiill apa pun, karena kita tak akan pernah tahu kapan biji kecil itu akan tumbuh menjadi pohon yang mendatangkan kebaikan dan hikmah untuk orang lain. Termasuk menulis. Kita engga pernah tahu kapan tulisan kita bisa menjadi sebuah buku yang bersinar di masa depan, bahkan hanya status di sosmed pun bisa menginspirasi juga, lho!

Oyaa, satu lagi jadi ingin nih berkunjung langsung ke Museum Kartini di Rembang. Kalau terkendala belum bisa datang, bisa kok ikut tour virtual dulu, ada audionya juga, lho! Bisa mampir di sini yaaa, Museum Kartini. Yukk, ada yang mau barengan ke sana? Atau mau bersahabat pena? 🥰

Semangaaat, Perempuan Indonesia!

Selamat Hari Kartini. 😍



Penulis: Viana Wahyu 🌷 (IP Depok)


Sumber:

Safwan, Mardanas dan Kutoyo, Sutrisno. 2022. Raden Ajeng Kartini. Jakarta: CV Angkasa

https://www.rri.co.id/nasional/644632/hari-kartini-kenali-sejarah-dan-perjalanannya 

https://museumkartinirembang.id/

https://www.suara.com/lifestyle/2021/09/30/121124/mengenal-kardinah-dan-roekmini-pejuang-dan-adik-ra-kartini-yang-nyaris-dilupakan?page=all 

Film Kartini oleh Hanung Bramantyo


0 comments