Sepotong Cerita tentang Syaitan dan Berbuat Baik

Saya langsung melonjak gembira—walau sebatas dalam hati—saat tahu buku kecengan saya sudah diterbitkan dalam bahasa Indonesia. Yeay! Itu artinya saya tidak perlu menerjemahkan selagi membacakannya untuk ketiga anak saya. #mamapemalas

Buku apa, sih?

Sampul depan yang eye catching


Judulnya “Hus, Pergi Syaitan - Mencari Perlindungan pada Allah”. Buku ini menarik perhatian saya karena topik utamanya. Sejauh perkenalan saya dengan buku anak-anak, belum ada buku lokal yang membahas tentang makhluk Allah yang satu itu, padahal syaitan musuh sejati manusia. Dia bahkan sudah berjanji untuk konsisten memalingkan manusia dari jalan Allah Swt. sampai hari kiamat nanti. Makanya, penting bagi kita, termasuk anak-anak, untuk mengenalinya.

Siapa yang mengenali musuhnya akan bisa menyusun strategi untuk memerangi dan mengalahkannya.

Kekuatan dalam Kesederhanaan

Sebenarnya ide ceritanya sederhana: mengajarkan tentang sifat syaitan dan cara menjaga diri darinya. Tak lupa di akhir, ada penegasan tentang hadiah yang akan Allah berikan sebagai balasan atas usaha tersebut. Apalagi kalau bukan SURGA.

Namun, cara Razana Noor, sang penulis, mewujudkannya dalam cerita menurut saya sangat cerdas. Mengambil sudut pandang orang pertama, apalagi dalam buku anak, juga pilihan yang tidak biasa. Sifat syaitan diceritakan secara gamblang, to the point, tanpa dihias-hias.

Pada kalimat pertama, tokoh “aku” sudah menggelitik pembaca dengan kalimat tanya, “Tahukah kamu?”, diikuti dengan kata “syaitan”. Saya terentak. Kalau biasanya dalam cerita kita menemukan paragraf pembuka yang datar, perlahan menanjak, lalu klimaks, dan antiklimaks, cerita di buku ini bagai mendobrak pakem.

Syaitan digambarkan sebagai makhluk yang selalu membisikkan ide nakal untuk menjauhkan manusia dari jalan yang lurus. Jalan lurus berarti kebaikan  

Selanjutnya, penulis memberikan contoh-contoh perbuatan yang disukai syaitan. Di tengah cerita, “aku” tersadar untuk tidak mengikuti syaitan dan bisa menjaga diri darinya. Caranya antara lain dengan membaca Al-Qur’an, membaca ta’awuz, dan membaca basmallah sebelum melakukan sesuatu.

Pelengkap yang Mengena

Secara visual, ilustrasi yang dibuat oleh Omar Burgess dalam buku ini sangat khas. Sampulnya mencolok di antara buku lain. Wujud syaitan juga tidak digambarkan, hanya ada gambar lidah api di dua halaman. Jadi, jangan bayangkan ada makhluk berwarna merah dan bertanduk dua, ya.

Yang saya suka, kalimat-kalimatnya tetap berima walau sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Ini susah, lo. Bravo untuk penerjemahnya!

Di Indonesia, kalimat berima seringkali dianggap bukan elemen penting dalam penulisan cerita anak, padahal memperkenalkan rima sejak dini justru mendorong perkembangan literasi awal. Kemampuan mengenali potongan bunyi pada kata merupakan pondasi bagi keterampilan dalam mengurai dan memahami teks. Cerita berima juga akan menumbuhkan kepekaan dan nalar berbahasa yang baik, memperkaya kosa kata, dan memperkenalkan anak dengan pola dan pengulangan untuk bekal literasi matematika.

Penutup

Ada banyak cara untuk menanamkan tauhid dan ajaran Islam pada anak. Salah satunya dengan membacakan buku yang bergizi. Bagi saya, buku ini sangat membantu dalam pendidikan anak sehari-hari.

Anak-anak jadi paham betul, mereka punya musuh yang selalu ingin mengajak berbuat buruk. Mengikutinya hanya akan membawa nestapa. Syaitan bertempat di neraka, sedangkan hadiah untuk berhasil mengalahkan syaitan adalah surga. Jika ingin surga Allah, jangan ikuti syaitan, selalu berbuat baik serta patuh kepada Allah dan Rasul-Nya. 

Semoga apa yang kami tanam saat ini, berbuah manis di masa depan. Aamiin.


*****

Judul: “Hus, Pergi Syaitan - Mencari Perlindungan pada Allah”
Judul asli: “Go on, Zap Shaytan - Seeking Shelter with Allah”
Penulis: Razana Noor
Penerbit: Yaumi Kids
Cetakan pertama: 2022




Penulis: Mutiara Sidharta (IP Bandung)

0 comments